Demikian mudahnya menggunakan situs
pencari seperti Google atau Bing. Boleh juga menggunakan ensiklopedia on-line
yang gratis seperti Wikipedia. Tinggal masukkan kata kunci yang relevan, voila,
dalam sekejap, tautan-tautan menuju informasi yang diinginkan hadir di depan
mata.
Yang perlu diingat, internet itu laksana
rimba tak bertuan. Siapa pun dapat mengunggah informasi apa pun. Dengan
demikian, menjadi tugas si pencari informasi untuk memisahkan informasi yang
relevan dan bernilai, serta membuang “sampah”, yaitu informasi yang diragukan
kredibilitasnya.
Ambil contoh Wikipedia. Sebagai situs
ensiklopedia gratis, siapa pun dapat menulis entry di dalamnya. Akan tetapi,
jangan langsung meremehkan Wikipedia. Informasi yang ditangguk dari situs ini
dapat menjadi acuan awal. Namun, sebaiknya diperiksa ulang dengan membandingkan
informasi dari situs-situs lainnya. Jadi, Wikipedia dijadikan acuan awal, bukan
acuan final.
Membandingkan dengan sumber-sumber lain
dapat menjadi prosedur standar untuk memeriksa kesahihan sebuah informasi. Akan
lebih sahih lagi, apabila sumber pembanding adalah situs resmi sebuah institusi
ternama atau blog resmi seorang pakar. Situs seperti Google Scholar dapat
menjadi titik awal yang baik untuk melakukan pencarian informasi pembanding.
Sejumlah institusi dan perguruan tinggi
ternama kini menyediakan akses ke perpustakaan digital. Tidak semuanya gratis.
Ada yang hanya diperuntukkan bagi anggota atau siswa terdaftar. Ada juga yang
bisa diakses publik, tetapi berbayar. Jika memiliki kemampuan finansial, tidak
ada salahnya untuk membayar, karena dengan demikian memiliki kemudahan
mengakses informasi yang diinginkan.
Jika menyangkut buku-buku teks yang
mahal, sedangkan kemampuan finansial terbatas, dapat disiasati misalnya dengan
mengintip halaman-halaman tertentu melalui situs seperti Google Books. Kadang
kala, Google berbaik hati menampilkan kutipan sejumlah besar halaman dari
buku yang dimaksud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar