Mulai hari ini, dua
pasangan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) sudah
sah melakukan kampanye. Adu visi dan misi akan dilakukan. Visi-misi
siapa dari dua pasangan tersebut yang mampu menarik massa sebanyak
mungkin akan dimulai.
Tentu gesekan akibat persaingan dalam
menyampaikan visi-misi kedua pasangan kemungkinan akan terjadi. Sebelum
masa kampanye bergulir pun, suasana sudah memanas. Bahkan, jagat sosial
media sudah memanas beberapa bulan sebelum kampanye.
Dan banyak
yang menduga kampanye pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lebih panas
dibandingkan 2009. Mengapa kampanye pilpres saat ini lebih panas
dibandingkan sebelumnya? Ini tak lain karena hanya ada dua pasangan yang
berkompetisi pada Pilpres 2014.
Beberapa pihak bahkan menyebutkan pilpres tahun ini langsung sudden death atau sebagian menyebutkan kompetisi ini langsung ke babak final. Kedua pasangan harus langsung head to head untuk mengalahkan dan menggapai kemenangan. Lawan dari salah satu pasangan sudah sangat jelas dan cuma satu.
Kedua
pasangan yaitu Prabowo- Hatta Rajasa dan Jokowi-Jusuf Kalla harus
saling menjatuhkan di awal-awal pilpres, dan salah satu langsung menang
atau langsung kalah. Berbeda dengan Pilpres 2004 yang diikuti lima
pasangan hingga harus dilalui melalui dua putaran.
Meski pada
Pilpres 2009 yang diikuti tiga pasangan berjalan satu putaran, lawan
yang dihadapi salah satu pasangan bukan satu melainkan dua, sehingga
suasana kampanye tidak terlalu panas jika hanya diikuti dua pasangan.
Pilpres
2014 memang membuat semakin hiruk-pikuk kampanye dengan berbagai
macamnya. Dampak positifnya ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin
sekarang seolah tidak tabu berbicara tentang politik. Artinya,
masyarakat semakin bisa terlibat langsung dalam proses demokrasi bangsa
ini.
Tentu kondisi ini harus diikuti dengan tingkat partisipasi
masyarakat semakin tinggi pada pilpres 9 Juli nanti. Hiruk-pikuk dalam
kampanye kali ini semestinya berbanding lurus dengan tingkat
partisipasi. Inilah dampak positif yang diakibatkan adanya dua pasangan
dan semakin majunya dunia teknologi sosial saat ini.
Namun,
dampak negatif dengan hanya dua pasangan ini dan kemajuan teknologi
sosial ini juga ada, di antaranya masing-masing pasangan akan
menggunakan segala cara (termasuk black campaign) untuk menjatuhkan lawan pasangannya.
Begitu
juga sebaliknya, akan digunakan segala cara dari masing-masing pasangan
agar keduanya menang. Karena keinginan harus menjatuhkan atau harus
memenangkan, bisa saja cara-cara yang digunakan adalah cara-cara di luar
aturan dan etika.
Singkatnya, karena hanya ingin meraih
kemenangan maka segala cara dihalalkan asal, lawan bisa kalah dan
pasangan yang bersangkutan bisa menang. Cara-cara ini bukan hanya
dilakukan tim kampanye dari masingmasing pasangan. Masyarakat yang
berada di luar tim kampanye pun kerap bersikap atau berperilaku di luar
aturan-aturan dan etika demokrasi bangsa ini.
Saling menghujat,
menghina, dan memfitnah justru juga dilakukan oleh mereka yang mendukung
di luar tim kampanye. Tentu sikap-sikap tersebut justru membuat proses
demokrasi ini berjalan mundur dan ternoda. Lalu, masyarakat dan tim
kampanye masing-masing pasangan mau memilih yang mana?
Ingin
mencederai proses demokrasi atau semakin mendewasakan masyarakat kita?
Tentu harapan kita, kampanye yang akan dimulai hari ini bisa berjalan
tidak hanya hiruk-pikuk, namun juga harus menjunjung etika dan aturan
sehingga kondisi ini akan semakin meningkatkan kualitas demokrasi bangsa
ini.
Bagi kedua pasangan sepantasnya hanya menyiapkan sikap
kalah, karena sikap menang pasti sudah diharapkan. Menerima kekalahan
lebih membutuhkan sikap lapang dada dibandingkan sikap menang. Dan,
pasangan yang menang pun harus menghormati yang kalah, karena pasangan
yang menang lantaran ada pasangan yang kalah. Jika tidak ada pasangan
yang kalah, berarti tidak ada pasangan yang menang. Selamat berkampanye
dengan mengedepankan etika!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar